Saat PSBB tidak boleh pulang kampung, perbatasan daerah dijaga ketat, yang melintas diperiksa aparat keamanan. Tapi pembicaraan mengenai mudik dan pulang kampung masih saja ramai, terutama di media sosial.

Kenapa? Soalnya  Presiden Jokowi mengatakan mudik berbeda dengan pulang kampung, padahal tujuannya sama, yakni sama-sama ke kampung halaman.

Menurut Jokowi menjawab pertanyaan Najwa Sihab dalam acara Mata Najwa 22 April 2020 mengenai ramainya warga yang mudik, "Kalau mudik itu di hari Lebaran. Ya beda. Untuk merayakan Idul fitri," kata Jokowi.

"Itu kan hanya perbedaan masalah waktu bapak" balas Najwa Sihab.

Menurut Jokowi lagi, "Kalau namanya pulang kampung ya bekerja di Jakarta. Tapi anak istri ada di kampung."

Baca juga :/mudik-dan-pulang-kampung.html

Pernyataan Jokowi tersebut  lantas menuaikan beragam komentar dari netizen, baik dari tokoh, pengamat, maupun warga biasa, ada yang setuju dengan Jokowi, ada yang mengkritik, ada yang sinis, "cimeeh",guyon, dan sebagainya.

Deny Siregar kolumnis yang selalu bela Jokowi di akun twitternya, Rabu (23/4). mengatakan, "pulang kampung itu sifatnya parsial, dilakukan dalam waktu berbeda, jadi pemantauannya lebih mudah di masing-masing daerah asal.” 

Kata dia lagi, mudik itu sifatnya simultan, dilakukan dalam waktu yang sama dan biasanya dalam jumlah besar. Sehingga Pemda sulit memantau di daerah asal. “Sederhana gini sebenarnya, apa yg diributkan,” ujarnya.

Kata @fadlizon: Kesimpulannya, mudik adalah pulang kampung menjelang Lebaran untuk merayakan Lebaran. Pulang kampung adalah kegiatan kembali ke kampung krn anak istri ada di kampung.

Lain lagi komentar politisi Partai Demokrat, Ferdinand hutahaean, 
Mudik? Tradisi pulang kampung saat lebaran tiba.
Pulang Kampung? Pulang yg bs dilakukan kapan saja diluar tradisi merayakan lebaran.Memahami itu mudah kalau hati jernih(Tweet 22 april).

Baca juga : /survey-aichr.html

Sementara Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman mengaku tidak ada perbedaan mudik dan pulang kampung karena sama-sama memiliki arti orang yang pulang ke kampung halaman.

Karena itu, ketika Presiden Jokowi mengartikan mudik dan pulang kampung sebagai aktivitas yang berbeda, dirinya mengaku jadi bingung.

Lain lagi Susi Pujiastuti, dia menanggapi dengan guyon saja, "Pulang kampung ada 13 hurupnya ... mudik cuma 5 hurupnya," jawab akun Twitter Susi Pudjiastuti.

Sudahlah perdebatan ini sangat sepele, inti persoalanya adalah pulang  kampung ataupun mudik saat pandemi Covid 19 sangat membahayakan terhadap kesehatan dan keselamatan jiwa sanak saudara di kampung karena  berpotensi memperpanjang rantai penularan virus. Kalau terpaksa pulang kampung ikuti prosedur yang ditetapkan pemerintah!

Pro kontra soal beda  mudik dan pulang kampung hanyalah "angin demokrasi" yang menerpa pohon tinggi besar, yang datangnya pada waktu tertentu.

Maklum sajalah, dalam kebebasan berpedapatan dan berkreasi seperti sekarang, apapun pernyataan dari tokoh,  apalagi pernyataan presiden akan mendapat kritik dan komentar macam-macam.

Seperti kata pribahasa, "semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menggoyangnya", angin itu ada angin buting beliung, angin segar maupun angin sepoi-sepoi basah.

Dengan kata lain, semakin tinggi derajat, jabatan atau kedudukan seseorang, atau semakin sukses seseorang dalam usahanya dalam hidup, maka semakin banyak orang yang ingin menjatuhkannya, di sisi lain bisa juga semakin banyak orang yang mengikutinya karena pohon yang tinggi biasanya menghasilkan buah yang banyak.

Menanggapi ribut soal mudik dan pulang kampung pinjam saja istilah Gusdur, "gitu aja kok repot!***

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama