Oleh : Datuk Tanbijo Sutijo
Tokoh Masyarakat Koto Gadang Agam


Bagi orang Minang diperantauan atau 'anak dagang', 'mudik' ke kampung halaman adalah sebuah harapan. Bahkan, sekaligus adalah niat dari tujuan pergi merantau. Kecuali merantau 'cino'. 

Mudik di kalangan perantau Minang atau 'anak dagang', kemudian diidentikkan dengan semangat suka cita, kegembiraan, senang hati, kemapanan, kecukupan, bahkan juga kemewahan.

Baca Juga : ./parodi-diruang-dungu.html

Sedangkan, istilah 'pulang kampung' bagi orang Minang, baik yang berada di ranah maupun yang berada di perantauan adalah sebuah situasi dan kondisi sulit yang sangat tak diharapkan terjadi.

Baca juga ; /pulang-kampung-apa-mudik.html

'Pulang kampung' bagi orang Minang adalah kabar buruk. Istilah yang identik dengan simbol kebangkrutan, kejatuhan, kekalahan, dan kondisi tak menguntungkan lainnya. Dagang lah sansai.

Pulang kampung bagi 'anak dagang' di Minang adalah pindah. Angkat koper pindah habis dari tanah rantau, dan tinggal menetap sementara atau selamanya di kampung halaman.

Baca juga :  /balimau-doa-bersama-masuk-puasa-lock.html

Sejauh-jauh terbangnya bangau, hinggapnya ke kubangan juga. Sejauh-jauh pergi merantau, kampung halaman disambangi juga. Begitu bidal menjelaskan arti kampung halaman bagi perantau.

Kampung halaman adalah tuah, sekaligus tempat kembali bagi perantau atau 'anak dagang'. Tempat kembali yang ramah. Sebab tak pernah membedakan mereka yang mudik atau yang pulang kampung. (*)

Catatan Malam, Kamis 23 April 2020

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama