Oleh Doddy Yudhista Adams

Hubungan yang erat antara HM Soeharto dan BJ Habibie terlihat pada masa era th 90an keatas. Sebenarnya nuansa politis HM Soeharto di th 1993 sudah menghendaki BJ Habibie menjadi Wapres, tapi kehendak itu tampaknya terganjal dengan keinginan kekuatan Militer yg di belakangnya ada Benny Moerdani dan Edi Sudradjat.

Kekuatan Militer Lah yang ketika itu yg menjadikan Try Sutrisno sebagai Wapres. Dalam perjalanan antara th 1993 sampai akhir kabinet th 1998 terlihat fungsi wapres hanya sebagai ban serep tanpa tugas khusus. Selama 5 tahun terlihat peran BJ Habibie lebih dominan mendampingi HM Soeharto, mereka berdua jika bertemu lebih dari 5 jam dan sarat dng diskusi kenegaraan dan politis. Setiap pertemuan selalu tercatat permasalahannya dng rinci dlm buku besar harian BJ Habibie dan kami selalu dapat bocorannya dan kita bahas dengan dalam di Cides.

Kedekatan HM Soeharto pun tercermin dengan berkali-kali konferensi Cides dibuka Presiden demikian pula HM Soeharto sangat toleran dengan ICMI sejak kelahirannya di Malang. Banyak hal-hal yg penting dan urgent termasuk puncaknya kita keluar dari IGGI th 1993 yg di godog dalam di Cides sehingga orang banyak menyebut peran ekonomi dengan Habibienomic, hal itulah yg melahirkan banyak pemikiran2 mengembangkan ekonomi di kawasan asean dengan lahirnya forum serantau. Forum yang saya ikut membidaninya bersama Adi Sasono. Fokus banyak melibatkan pengusaha2 kita seperti Aburizal Bakrie, Rachmat Gobel, Hatta Rajasa, Chairul Tanjung, Erick Thohir dan lain-lainnya. Masa itu dunia internasional menyebut Indonesia akan menjadi MACAN ASIA dan Tokoh Cides Adi Sasono mendapat Predikat The Dangerous Man From RI ( News Week 96 ). 

Era keemasan Indonesia dibuktikan dengan terbangnya CN 250 th 1995 di IPTN Bandung. Ketika itu benar-benar Indonesia menjadi perhatian dunia dan Leader di Asean. Negara-negara Asean menganggap HM Soeharto pemimpin Senior mereka dan berada di depan dalam setiap pertemuan dunia seperti Apec, G7 atau Middle East Group.

 BJ Habibie sendiri akhirnya terpilih menjadi Wapres th 1998 sesuai dengan keinginan lama HM Soeharto walaupun menyebabkan hubungan dengan putra putri Soeharto menjadi renggang terutama Tutut yg didampingi Jendral Hartono. Tutut dan Hartono termasuk orang yg tidak suka dengan BJ Habibie sejak awal. Pertentangan ini ada kaitannya dng proyek-proyek khususnya proyek militer yang mana dalam hal ini HM Soeharto lebih cenderung mempercayai BJ Habibie, akhirnya juga melahirkan persaingan politik khususnya di Golkar.

Hal itu tercermin dari penyusunan kabinet pembangunan 7 yg di dominasi oleh keinginan Tutut dan gengnya. Walaupun Tutut tidak menghendaki BJ Habibie jd Wapres tapi dia sudah tahu sejak tahun 1990-an ayahnya memang menghendaki BJ Habibie jadi Wapresnya. 

Nuansa persaingan politis pasca Sidang Umum MPR memang mulai goncang khususnya pertandingan saling mempengaruhi di antara kekuatan militer. Kubu kekuatan Prabowo memang menonjol sejak awal karena pengaruh HM Soeharto sebagai mertuanya.




 Masa itu jelas Wiranto sebagai Panglima tidak terlalu berpengaruh. Politik sipil dikuasai Tutut dan Hartono yg menguasai Golkar dan di sisi lain BJ Habibie dengan kelompok ICMI nya. Sementara di masa itu pengaruh kekuatan Prabowo dalam tubuh ABRI sangat terasa, kawan-kawan dekat Prabowo menguasai tampuk pimpinan ABRI seperti KSAD, Kopassus, Pangdam Jaya, Dan Marinir dan lain-lainnya.

 Di satu sisi hubungan BJ Habibie dan Prabowo sangat akrab. Habibie sangat menghargai ayah Prabowo begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo sebagai gurunya di samping HM Soeharto. BJ Habibie menganggap Prabowo putra ketiganya setelah Tarik dan Ilham. Kedua nya sering bertemu dan ngobrol panjang baik di BPPT kantor BJ Habibie maupun di kediaman BJ Habibie Patra Kuningan.

Beberapa kali sempat saya intip mereka selalu menggunakan bahasa Jerman dan Belanda. Berkali-kali BJ Habibie selalu menyampaikan bahwa Prabowo militer Cerdas dan moderat dan bisa menjadi pemimpin masa depan.

Beberapa orang ICMI pun bersama sama Prabowo mendirikan tim kajian sekelas CiIDES yaitu CPDS di jalan Suwiryo Menteng, di dalamnya ada Jimly A, Dien Samsuddin, Laode Kamaludin, Marwah DI dan lain-lainnya.

Setelah peristiwa huru hara 98 dan lengsernya HM Soeharto hubungan BJ Habibie sama HM Soeharto terlihat tertutup tabir. Pasca BJ Habibie disumpah sebagai Presiden, kala itu mantan presiden Soeharto memilih langsung pulang ke cendana, sehingga saat presiden BJ Habibie menanyakan keberadaan mantan orang nomor satu di Indonesia ia pun terlambat bertatap muka karena Soeharto sudah terlanjur pulang. Hari itu bagi BJ Habibie merupakan momen terakhir bisa bertatap muka dengan HM Soeharto ( 23 Mei 1998 ). Hingga hari ini, masih banyak orang yg penasaran fakta hubungan terakhir antara Soeharto dan BJ Habibie . 
Banyak isu yang menyebutkan retaknya hubungan antara Soeharto dan BJ Habibie setelah pelimpahan kekuasaan  kepemimpinan pada era reformasi th 1998.   

Kepala Protokol kenegaraan era itu Maftuh Basyuni mengisahkan kepada saya pada era HM Soeharto jadi presiden betapa harmonisnya hubungan kedua figur itu, bagai ayah dan anak bersinergi positif, sehingga menghasilkan pembangunan nasional yg maju. Pada saat saat awal Pemerintahan BJ Habibie, Basyuni lah yang menjembatani hubungan keduanya. Pesan BJH ke HM Soeharto selalu lewat Maftuh Basyuni. Beberapa kali BJ Habibie ingin bertemu muka dengan HM Soeharto, tetapi selalu ditolak oleh HM Soeharto.

 Menurut Basyuni hingga pada peringatan Ulang Tahun HMS ke 77 pada tanggal 8 Juni 1998, Presiden BJ Habibie langsung datang ke Cendana membawa bunga dan tidak dapat bertemu dengan HMS, beliau hanya menitipkan pesan via Basyuni " Maftuh ( Basyuni ) sampaikan ke Pak Habibie, dalam situasi seperti ini tidak elok Pak Habibie bertemu dengan Pak Harto, nanti ketularan dihujat orang banyak. Biarlah Pak Harto sendiri yg menghadapi hujatan rakyat dan Pak Habibie konsentrasi menangani masalah bangsa, silahkan Pak Habibie bekerja sebaik-baiknya untuk bangsa dan negara. 

Pertemuan dialog terakhir antara BJ Habibie dan HM Soeharto terjadi tanggal 21 Mei 1998, membahas perombakan kabinet. Sampai saat ini hubungan keduanya tetap menjadi Misteri Soeharto dan BJ Habibie, begitu pula di saat BJ Habibie datang langsung dari Jerman ingin menengok HM Soeharto yg kritis pihak keluarga tidak mengizinkannya.***red 

Note : Silakan copas / perbanyak secara utuh, dengan mencantumkan dMagek.ID sebagai sumber

Penulis adalah :
·          Mantan Ketua Umum IKAPI
·         Mantan Ketua MDC THC (Media Development Center The Habibie Center)
·         Mantan Ketua Media Development Center di The Habibie Center
·         Mantan Pemimpin Umum Tabloid MUMU
·         Mantan Pemimpin Umum  Koran ADIL

·         Pensiunan Golongan IVE/ Pensiun  (Pejabat Negara Eselon satu)



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama